Jumat, 31 Oktober 2014

Senyumlah Untuk Ku


 Bahagian .1.
Ketika Bulan Tak Bisa Bersahabat.

Senyum bukanlah beban, ketika ada senyum semua orang suka, senyum berarti memperindah wajah, Bukan berarti kau tersenyum lantas aku pingsan, tapi senyum mu memang menawan, aku yakin dan percaya kalau senyum mu  itu memancing semua orang untuk cinta dengan mu, bisa jadi rasa ingin mendekap mu atau setidaknya senyum mu itu mengundang dosa kecil semua pria.
Ah kamu..Rahtika,Senyum mu itu lho...bikin auh auh aja, sayang sekali  kamu menjadi janda kata ku pada Rahtika, apa sih kurangnya kamu itu?." Eh tau kamu Tika, Mas Ono sebelum bercerai dengan  mu hampir setiap malam ketemu aku bilang begini "  istri ku itu lho rif, kayaknya enggak ada tandingannya, udah cantik, ayu, pinter masak, pande ngerawat tubuh.." dan entah apalah lagi, yang jelas semua  memuji mu."Lalu mengapa dicerein tuh binik ","Keperocok lagi duaan sama Latifah","terus kamu cerein gitu aja?!","yaa dianya yang ngotot minta cerein,padahal kalo Rahtika mau dengerin sebentar aja malam itu,mungkin hatinya enggak sekejam itu minta cerein","emangnya kamu pacaran sama si Latifah","ya  enggaklah,waktu malam itu Latifah ngajak ngobrol sama ku,dia curhat masalah suaminya kelilit hutang,maksudnya Latifah mau pinjam uang siih sama aku,tapi Rahtika keburu ngelihat kami berdua.Rahtika tertegun sejenak mendengarnya,matanya jauh menerawang kedepan bagai menyimpan sebuah penyesalan.Tapi Rahtika mampu membuang semuanya dan menatap ku dalam.

"Tuhan tidak mau membuat hambanya bersedih tapi justru kita yang selalu tak sabar menanti .Sedih itu sabar yang tertunda khan ?", kata ku kepada  Rahtika. Bulan seakan setuju kami berdua  dibawah pohon pokat.
Malam semangkin meniti,bulan semangkin terang.Aku yakin bayangan kami bagai siluet kerinduan,betapa tidak, Setahun yang lalu cinta kami terhenti ketika orang tua Rahtika ngotot banget menjodohkannya dengan Ono Soorngono lelaki asal Klaten  pengusaha Rumah makan ayam penyet,masih berharap dihati ini Rahtika adalah jodoh.ku.

Ketika Bulan Tak Bisa Bersahabat,tertutup awan dan gerimis pun datang.Rahtika dan aku redup ditelan kegelapan, seperti kata syair Beny Panjaitan ....waktu itu hujan rintik rintik,kita berdiri begitu rapat hingga suasana begitu hangat,tangan mu ku pegang erat erat dan seterusnya ...
Rahtika,walaupun kau insan monza,tapi Kau masih ada dalam penantian ,syukurlah kau belum dikaruniai anak, nantipun aku bisa kasih kamu anak yang cantik dan mungil-mungil ."lho mas Arif kok jadi melamun?",Rahtika mengguit dagu ku. Gerimis sudah berhenti,bulan muncul kembali tapi sinarnya hanya seperempat saat awan tebal nyerempet .Udara malam terasa menusuk ,Rahatika tampak kedinginan dan menjatuhkan kepalanya ke bahu ku.Sepertinya  hati Rahtika sejuk bagai sejuknya diruangan AC,ia pejamkan mata melekatkan jemarinya ke lengan kiri ku.
Malam merangkul cinta dibawah sinar bulan yang tertutup awan Ketika Bulan Tak Bisa Bersahabat, rindupun  ketemu rindu,jari meremas jari dua bibir bertemu , so pasti syetan  ikut tersenyum dan membimbing nafsu kami berdua. Namun aku masih punya iman walau sedikit,ketika aku tersadar , kancing baju Rahtika sudah terbuka tiga buah lalu aku mengucap "Astaghfirullahalazim".memang usianya dan usia ku sudah lewat akhil baligh tapi kami ...bukan suami istri,terlarang melakukan itu..kata Doel Sumbang.,kendati mahkota Rahtika sudah direnggut lebih dulu dengan si Ono Soorngono setahun yang lalu,tapi aku tak boleh terus merasa punya kebebasan untuk itu,"Dosa!!!" kata si Iman yang bersemayam di lubuk hati..Perlahan ku kancingkan kembali bajunya, Rahtika menangkap tangan ku"kenapa mas??takut?!!","Nanti aja dong kalo kita udah beneran jadi suami istri",Rahtika tersenyum ,yaah senyumlah untuk ku,senyum karena aku masih bisa menjaga iman ku.

Aku dan Rahtika mulai was-was disetiap  malam bila bertemu, karena Ono Sarngono  mulai selalu melintas rumah Rahtika, bisa jadi cemburu atau ingin rujukan ,"Tuh lewat mas mu", kata ku , Rahtika tidak melihat entah karena tidak suka atau pura-pura tidak suka melihatnya dan meletakkan air minum ke atas meja lalu duduk disebelah ku.Ku lihat mata Rahtika melirik kearah pintu  ternganga lebar,mata yang masih menyimpan rasa cinta. Cinta tak mau berbohong,karena Cinta adalah tujuan untuk memiliki,ketika cinta berlabuh didermaga hati,dan terikat di penyanggah rindu,ia akan terus bergelombang bagai air dilautan.Bagaimana hati Rahtika kini? saat ku bilang Mantan suaminya Ono Sarngono mulai selalu melintas rumahnya?,kalaupun yaa..semoga saja tidak,kalaupun tidak ..yaa tak mungkinlah.Begitupun begitulah aku akan terus memastikan kalau Rahtika akan jatuh kepangkuan ibu Pertiwi..eh cup.maksudnya di pangkuan ku.Perlahan Rahtika menutup pintu " lho kok ditutup,"kata ku pura-pura terkejut, Rahtika cuma senyum dan duduk merapat disamping ku. Ku dengar suara kereta Ono Sarngono undar andir di depan rumah Rahtika,sepertinya darahnya semakin gemuruh saat pintu ditutup dan dia tau kalau aku masih didalam rumah Rahtika.Tapi aku tak peduli mau ditutup mau dibuka kek,yang jelas Ono Sarngono sudah pensiun dari Rahtika,namun aku yakin dan percaya kalau kisah cinta mereka belum usai,karena semasa mereka berumah tangga tidak pernah ada pertengkaran,diujung perkawinan mereka diakhiri dengan perceraian,penyebabnya cuma salah faham.Kalaupun ada penyesalan diantara keduanya,terlambat,bisa juga sih rujukan,tapi juga butuh proses waktu.Ketika Rahtika masih menyimpan emosi,aku cepat mengambil simpatinya agar rasa cinta tempo doeloe dengan ku dapat bersemi kembali .Sekarang Rahtika dengan ku sedang maju ke babak semi final,berlabuh didermaga cinta,dan akan berlayar menuju lautan rindu,seperti motto kota Tanjungbalai " berlayar satujuan,batambat satangkahan " kalau sudah berlayar sama punya tujuan,berhentinya juga pasti sama,ada juga yang tak sama,yang satu menuju pelabuhan dengan kapal feri dan yang satu lagi dengan sampan dayung,tentu tak mungkn bisa sama sampainya*"lho lho kok malah melamun",kata Rahtika sembari mengguit pinggul ku,(bersambung)